LIMA WAJAH MAHASISWA INDONESIA
Pakar pendidikan yang juga Guru Besar Ilmu Pendidikan Moral
Universitas Negeri Semarang, Prof. Masrukhi menilai, saat ini banyak
mahasiswa yang lebih berorientasi pada gaya hidup.
"Sebenarnya,
ada lima wajah mahasiswa yang nampak dalam realitas diri dan sosial,"
kata Pembantu Rektor III Unnes itu, usai dikukuhkan sebagai Guru Besar
Ilmu Pendidikan Moral Unnes, di Semarang, Rabu (28/9/2011).
Ia
menyebutkan, wajah pertama mahasiswa adalah idealis-konfrontatif, yang
cenderung aktif menentang kemapanan, seperti melalui demonstrasi. Kedua,
mahasiswa idealis-realistis, lebih kooperatif dalam perjuangan
menentang kemapanan.
Ketiga, kata dia, mahasiswa oportunis, yang
cenderung mendukung pemerintah yang tengah berkuasa, kemudian keempat
mahasiswa profesional, yakni mereka yang hanya berorientasi pada kuliah
atau belajar.
"Empat wajah mahasiswa ini ternyata hanya ada
sekitar 10 persen, selebihnya adalah wajah kelima, yakni mahasiswa
rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup glamour dan bersenang-senang," katanya.
Ia
menyebutkan, jumlah mahasiswa di Indonesia pada 2010 mencapai sekitar
lima juta orang, baik perguruan tinggi negeri, swasta, universitas
terbuka, perguruan tinggi kedinasan, dan perguruan tinggi agama.
"Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 237
juta orang, maka jumlah mahasiswa ini hanya berada pada kisaran 2,4
persen. Jumlahnya memang relatif kecil," katanya.
Ia juga
menyebutkan, mahasiswa yang memiliki pandangan idealis memiliki
persentase yang kecil dibanding kelompok lain, namun kelima wajah
mahasiswa itu sama-sama memiliki energi besar untuk bersatu-padu.
"Energi besar yang disebut collective consciousness
(kesadaran kolektif) inilah yang menyebabkan gagasan, opini dari
sekelompok kecil mahasiswa, akan menjadi gagasan besar mahasiswa dalam
waktu cepat," katanya.
Menurut dia, kesadaran kolektif yang
dimiliki kalangan mahasiswa itu sudah terbukti dari sejarah perjalanan
bangsa yang mencatat gerakan mahasiswa beberapa kali berhasil melakukan
perubahan besar, misalnya reformasi.
Karena itu, kata pria yang
tertarik meneliti kehidupan mahasiswa itu, energi besar, yang dimiliki
mahasiswa harus mampu diberdayakan secara cermat oleh kalangan perguruan
tinggi, untuk melakukan internalisasi nilai.
"Kalau Unnes, lebih
menanamkan nilai-nilai konservasi pada mahasiswanya. Tak sebatas
konservasi berupa pelestarian lingkungan dan alam, namun mencakup
konservasi nilai, moral, dan budaya," kata Masrukhi.
SUMBER: Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar