Selasa, 31 Januari 2012

5 TOKOH PENDIDIKAN PALING BERPENGARUH DI INDONESIA



Nama : Ki Hajar Dewantara
Nama Asli : Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat : Yogyakarta, 28 April 1959
Alamat : Yogyakarta



Pendidikan :
- Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
- STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat
- Europeesche Akte, Belanda
- Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957
Karir :
- Wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan
   Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara
Pendiri National Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan
Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang
pertama di Indonesia
Organisasi :
Boedi Oetomo 1908
Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran
nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912
Penghargaan :
Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya yaitu 2 Mei
dijadikan hari Pendidikan Nasional
Pahlawan Pergerakan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI
No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)
Didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta
Nama : Prof. Dr. Slamet Iman Santoso
Lahir : Wonosobo, 7 September 1907
Wafat : Jakarta, 9 November 2004
Agama : Islam
Isteri : Suprapti Sutejo



Pendidikan :
ELS Magelang 1912 – 1917
HIS Magelang 1918 – 1920
MULO Magelang 1920 – 1923
MAS-B Yogyakarta 1923 – 1926
Indische Atrs Stovia 1926 – 1932
Geneeskunde School of Arts, Batavia Sentrum 1932 – 1934
Karir :
Pendiri Fakultas Psikologi UI
PR Bidang Akademisi UI
Guru Besar Fak. Kedokteran UI dn Fak. Psikologi UI
Dosen Lemhanas
Dewan Kurator Universitas Mertju Buana
Karya Tulis :
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
The Social Bckground for Psychology in Indonesia
Psychiatry dan Masyarakat Kesejahteraan Jiwa : School Health
in The Community
Sekolah sebagai Sumber Penyakit atau Sumber Kesejahteraan
Dasar Stadium Generale
Pendidikan Universitas Atas Dasar Teknik dan Keilmuan
Dasar-Dasar Pendidikan


Nama : Bu Kasur
Nama Asli : Sandiah
Lahir : Jakarta, 16 Januari 1926
Wafat : Jakarta, 22 Oktober 2002
Dikebumikan : Kaliori, Purwokerto, Jawa Tengah (23 Oktober 2002)
Suami : Suryono (Pak Kasur)




Pendidikan : Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO 1930
Karir :
Pencipta lagu anak-anak
Pendiri dan pengasuh TK Mini Pak Kasur (1965)
Pengasuh dan pembawa acara anak di radio dan televisi
Penghargaan :
Bintang Budaya Para Dharma (1992)
Penghargaan dari Presiden dalam rangka Hari Anak Nasional
(1988)
Centro Culture Italiano Premio Adelaide Ristori Anno II
(1976)


Nama : Kiai Hasyim Asy’ari
Lahir : Pondok Nggedang, Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875
(24 Dzulqaidah 1287 H)
Meninggal : 25 Juli 1947
Ayah/Ibu : Kiai Asyari/ Halimah


Pendidikan :
Pesantren Gedang
Pesantren Keras, selatan Jombang
Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo
Pesantren Wonokoyo (Probolinggo)
Pesantren Langitan (Tuban)
Pesantren Trenggilis (Semarang)
Karir :
Pendiri Pesatren Tebuireng 1899
Salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, 31 Januari 1926
Tokoh pembaruan pesantren
Penghargaan : Pahlawan Kemerdekaan Nasional (SK Presiden RI No. 294
Tahun 1964, tanggal 17 Nopember 1964)


Nama : Dokter Sutomo
Nama Asli : Subroto
Lahir : Desa Ngepeh, Jawa Timur, 30 Juli 1888
Wafat : Surabaya, 30 Mei 1938
Pendidikan : STOVIA tahun 1911


Karir :
Dokter di Semarang, tuban, Lubuk Pakam dan Malang
Wartawan dan memimpin beberapa surat kabar
Organisasi :
Pendiri dan Ketua Budi Utomo, 20 Mei 1908
Budi Utomo bergerak di bidang politik 1919
Pendiri Indonesische Studie Club (ISC) 1924
ISC berganti nama menjadi Persatuan Bngsa Indonesia (PBI)
1931
Pendiri dan Ketua Partai Indonesia Raya (Parindra) yang
merupakan penggabungan Budi Utomo dengan PBI

Diposkan oleh KOMUNITAS EINSTEIN YPUP

Minggu, 08 Januari 2012

sains dan teknologi


Rahasia Jadi Jenius Ala Stephen Hawking
Saat berusia 8 tahun, Hawking bahkan tidak dapat membaca. Secara akademis, ia lambat.

 

 VIVAnews - Sekilas ia memang terlihat tak berdaya. Sudah 45 tahun hidup dijalaninya dalam kondisi lumpuh dan bergantung pada kursi roda.  Untuk bicara sekalipun, pria 68 tahun itu harus menggunakan alat bantu.

Namun, siapa yang tak kenal Stephen Hawking. Ia astrofisikawan terkemuka dunia yang menelurkan teori-teori hebat, juga nekat mengeluarkan pernyataan kontroversial: tentang Tuhan dan alien.

Ketika memberikan kuliah umum di Royal Albert Hall, London, baru-baru ini, Hawking mengaku saat anak-anak, kemampuannya tidak luar biasa.

Bahkan, sebelum berusia 8 tahun, ia tak bisa membaca. Secara akademis, kemampuannya juga lambat.

"Kakak perempuanku Philippa justru bisa membaca sejak berusia empat tahun....tapi kemudian, yang jelas ia lebih cerdas dari saya," kata Hawking, seperti dimuat situs News.com.au, Kamis 21 Oktober 2010 malam.

Jangankan jadi juara kelas, saat sekolah, ia tak pernah ada di peringkat separuh teratas di kelas.

"Pekerjaanku di kelas berantakan. Tulisan tanganku mirip cakar ayam, sampai-sampai membuat guruku frustasi," tambah dia.

Tapi, saat itu teman-temannya di kelas memberinya julukan 'Einstein',mengambil nama ilmuwan besar, Albert Einstein.

"Mungkin mereka melihat pertanda baik dari diriku," kata dia.

Meski akhirnya berhasil memperoleh gelar dari universitas ternama, Oxford University, Hawking mengaku saat itu ia tak bersungguh-sungguh. Jujur, tiap harinya Hawking hanya mengalokasikan waktu sejam untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

Hidup adalah pilihan, "kamu bisa jadi brilian tanpa usaha atau menerima segala keterbatasanmu dan mendapatkan gelar setinggi-tingginya."

"Aku tidak bangga dengan hasilnya. Aku hanya mendeskripsikan perilakuku saat itu: sikap bosan dan merasa tak ada yang berarti untuk diraih."

Lalu, kapan Hawking menjadi jenius?

Titik balik hidup Hawking terjadi di usianya yang ke-21 tahun. Saat itu, ia diberi tahu, bahwa hidupnya mungkin tinggal beberapa tahun lagi.

Inilah yang memacunya menjadi produktif. "Saat diberi tahu akan mati muda. Ini akan membuatmu sadar bahwa hidup sangat berharga. Tiba-tiba sangat banyak yang ingin kau lakukan di saat-saat terakhir," kata Hawking. 

Justru saat tak berdaya, masa-masa menghadapi kemungkinan mati muda adalah periode emas bagi Hawking. Ia bangkit, berjuang, produktif sebagai ilmuwan, hingga membawanya ke penemuan dua teori besar, yakni Big Bang dan Black Hole.

***

Hawking adalah penderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Itu adalah penyakit yang menyerang syaraf motorik, sehingga menyebabkan otak penderita tidak dapat memberikan perintah kepada otot untuk bergerak.

Tak seperti penderita ALS lainnya, ia mampu bertahan hidup lebih dari lima tahun. Bahkan jauh dari itu.

Awal menderita penyakit itu, Hawking jelas stres. Di saat-saat terberat itu, seorang anak yang meninggal akibat leukimia menyadarkannya -- masih banyak orang yang menderita.

"Setiap kali saya mengasihani diri saya, saya mengingat anak itu,” ujar Hawking menjelang ulang tahun ke-60 pada 8 Januari 2002.

Dan Hawking tak pernah menyesal. "Sebelum mengidap penyakit ini, hidup saya sangat membosankan, tidak ada hal yang berguna yang dapat dilakukan. Saya merasa lebih bahagia sekarang," kata dia.(ywn)
• VIVAnews