Jumat, 30 Desember 2011

10 Fakta Fisika Unik

Beberapa orang beranggapan bahwa sains atau ilmu fisika sangat membosankan. Namun ada beberapa fakta fisika unik yang mungkin belum kita ketahui.

Berikut ini adalah 10 fakta fisika yang unik menurut penulis "We Need to Talk About Kevin", Marcus Crown:

1. Jika matahari terbuat dari pisang
Matahari panas karena beratnya yang luar biasa, sekitar bermiliar-miliar ton dan membuatnya menjadi inti tekanan kolosal. Tekanan besar menimbulkan temperatur besar. Jika matahari terbuat dari pisang, maka beratnya akan bermiliar-miliar ton dan memiliki efek yang sama dengan matahari.

2. Semua materi pembuat ras manusia dapat masuk dalam kotak gula
Atom merupakan 99,9999999999999999% ruang kosong. Jika semua atom dipaksa bersatu dan menghilangkan ruang di antaranya seperti kotak gula, maka massanya sekitar 10 kali massa manusia hidup. Hal ini serupa yang terjadi pada bintang netron, massa super padat peninggalan supernova.

3. Peristiwa di masa depan dapat mempengaruhi peristiwa di masa lalu
Keanehan dunia kuantum didokumentasikan. Tetapi keanehan itu semakin aneh. Menurut eksperimen fisikawan John Wheeler dan peneliti lain pada 2007, perubahan partikel masa kini dapat mengubah partikel pada masa lalu.

4. Hampir sebagian besar semesta menghilang
Kemungkinan terdapat lebih dari 100 miliar galaksi di kosmos. Setiap galaksi memiliki 10 juta bintang. Matahari kita memiliki berat bermiliar-miliar ton. Materi ini merupakan materi terlihat di semesta. Materi lain disebut 'materi gelap'. Materi ini masih butuh penjelasan dan tampaknya materi ini merupakan perluasan semesta.

5. Benda dapat bergerak lebih cepat dari cahaya
Kecepatan cahaya konstan pada ruang hampa adalah 300 ribu km/detik, dan cahaya tak selalu melewati ruang hampa. Dalam air, foton bergerak sepertiga kecepatan awal. Dalam reaktor nuklir, beberapa partikel dipaksa bergerak dalam kecepatan tinggi bahkan lebih cepat dari cahaya.

6. Ada jumlah tak terbatas saat menulis dan membaca
Menurut standar model kosmologi saat ini, jumlah semesta yang dapat dihitung pun tak ada batasnya seperti buih. Namun, jumlah kemungkinan sejarah terbatas karena jumlah peristiwa terjadi juga terbatas.

7. Lubang Hitam tidak hitam
Lubang hitam memang sangat gelap, tapi tak hitam. Mereka bersinar dan memberi sedikit spektrum cahaya, temasuk cahaya yang dapat dilihat.

8. Penjelasan mendasar dari semesta tak termasuk masa lalu, kini atau masa depan
Menurut teori relativitas, tak ada hal seperti masa kini atau masa depan atau masa lalu. Bingkai waktu sangat relatif. Waktu kita sama karena kita bergerak pada kecepatan yang sama. Jika kita bergerak pada kecepatan berbeda, kita akan menemukan bahwa kita menua lebih cepat.

9. Partikel dapat mempengaruhi sisi lain semesta dalam sekejap
Ketika elektron bertemu kembaran antimateri, keduanya akan hancur dalam kilatan energi dan dua foton akan terbang dari ledakan itu. Kembaran itu akan mulai berputar pada arah sebaliknya, dan secara instan kembaran di sisi lain semesta juga ikut berputar.

10. Semakin cepat bergerak, semakin berat
Jika Anda berlari dengan cepat, berat Anda akan bertambah. Tak permanen, tapi secara sesaat akan menambah sedikit berat. Menurut teori relativitas, massa dan energi adalah sama. Semakin banyak energi yang dikeluarkan, semakin berat massanya.

Pisau dan Pohon



'Pisau dan Pohon' merupakan salah satu kisah inspiratif yang menggambarkan pentingnya mengendalikan amarah yang bergejolak dalam dada kita.

Alex adalah seorang pemuda bertemperamental buruk, seringkali ia membentak istrinya tiada henti. Setiap kali ada perkara yang menurutnya tidak benar meskipun hanya sebuah masalah kecil dia akan langsung menyalahkan sang istri dan memarahinya.

Suatu hari ayahnya mendapati keributan yang terjadi dalam rumah tangga anaknya itu. Beliau pun memanggil dan mengajak Alex ke suatu tempat. Ternyata mereka tiba disebuah pohon besar di pinggir danau. Si ayah menyerahkan sebilah pisau dan menyuruhnya melemparkan pisau tersebut ke batang pohon di hadapan mereka.

"Untuk apa?" tanya Alex.

"Lakukan saja!" perintah ayahnya lagi.

Dengan acuh tak acuh Alex melaksanakan perintah itu. Dilemparkannya pisau ke arah pohon tersebut. Pisau itu hanya membentur batang pohon dan terjatuh ke tanah.

"Ayah, jika engkau mengharapkan aku mampu melempar pisau hingga menembus kulit pohon itu, engkau sama saja dengan bermimpi. Seandainyapun aku ahli dalam melempar pisau, tapi tidak bisakah kau lihat betapa tebalnya kulit pohon ini? Itu hal yang mustahil aku lakukan."

Sama sekali tak terpengaruh dengan ucapan Alex itu, ayahnya kembali menyuruh dia mengulangi melempar pisau. Berulangkali Alex mencoba melempar pisau tersebut, pada awalnya ia kembali gagal.. gagal dan gagal.. Tetapi sekali, dua kali ia akhirnya berhasil menancapkan pisau di batang pohon yang besar tersebut meskipun tidak begitu dalam.

Namun sang ayah masih belum puas, beliau masih meminta Alex untuk melanjutkan aksinya. Sementara Alex yang mulai kehilangan kesabaran akhirnya tidak tahan lagi.

"Hey, orang tua. Aku tidak peduli apabila dirimu adalah ayahku. Tapi aku sama sekali tidak mengerti dengan keinginanmu, apa pentingnya pisau dan pohon ini hingga aku harus menghabiskan waktuku di tempat ini?"

"Dasar anak muda jaman sekarang, melakukan hal sekecil ini saja tak becus. Berhentilah menjadi sok jagoan jika melempar pisau saja kau tak mampu." tegur ayahnya dengan suara lantang sembari mencabut pisau yang masih tertancap.

Alex benar-benar tidak bisa lagi mengontrol emosinya.

"Berikan pisau itu, akan aku buktikan betapa hebatnya aku. Tak ada hal yang tak bisa aku lakukan!" sentaknya marah dan kemudian dengan penuh amarah di lemparkannya kembali pisau tersebut. Kali ini tidak diragukan lagi pisau itu menghujam batang pohon begitu dalam. "Kau lihat itu!" serunya menatap lelaki tua di hadapannya dengan tatapan menantang. "Aku bisa melakukannya!".

Orang tua itu hanya tersenyum, sembari berjalan mendekati pohon itu ia berujar pelan, "Kau benar, anakku, kau bisa melakukannya.", dengan mengeluarkan tenaga yang lumayan besar dicabutnya pisau dari pohon yang ternyata benar-benar tertancap kuat, "Dengan luapan emosi seperti itu apapun bisa kau hancurkan, anakku...", "Kemari dan lihatlah ini..." panggilnya.

Alex yang mulai bisa mengatur emosinya kini hanya terdiam bingung sembari mendekati ayahnya.

"Apakah kau dapat melihat lubang yang ditinggalkan oleh pisau ini? Dapatkah kau melihat dalamnya kerusakan yang diakibatkan oleh lemparan pisau dikala engkau sedang marah? Apakah menurutmu pohon ini akan kembali seperti sedia kala?", "Kurang lebih seperti itulah bekas yang akan kau tinggalkan setiap kali engkau mengambil sebuah tindakan untuk melampiaskan amarahmu. Tidak akan menjadi masalah jika engkau melampiaskannya pada masalah-masalah yang mengakibatkan amarahmu muncul, bila untuk mencari jalan keluar dalam mengatasinya. Namun pernahkah kau berpikir luka seperti apa yang akan kau berikan apabila kau melampiaskan setiap amarahmu kepada seseorang? Seseorang yang mempunyai hati dan perasaan."
"'Maaf' mungkin bisa menyembuhkannya, tapi takkan pernah bisa menghapus bekas luka yang telah ditimbulkannya..."


Inspirational Quote:
Speak when you are angry and you will make the best speech you will ever regret. - Ambrose Bierce

Author: Why

Belajar Dari Anjing Kecil





Terkisahlah dua ekor anjing scottie muda yang bersahabat, Buster dan Didi. Kemana pun mereka pergi selalu bersama dan ada saja petualangan yang mereka lalui setiap harinya. Namun meskipun begitu, kedua sahabat itu sangatlah bertolak belakang kepribadiannya. Buster adalah sosok anjing yang penuh dengan semangat dan selalu berani menghadapi rintangan apapun, sementara sahabatnya Didi sedikit lebih pendiam dan selalu ragu dalam bertindak.

Suatu hari di Kota Binatang diadakanlah perlombaan adu bakat untuk para anjing-anjing. Dan pemenangnya selain akan dikukuhkan sebagai anjing terbaik di kota akan pula dihadiahkan stok tulang selama setahun. Seluruh anjing penghuni kota menjadi tergiur untuk ikut ambil serta dalam perlombaan tersebut, tak terkecuali Buster muda.

Buster pun mengajak sahabatnya, Didi, untuk ikut perlombaan. Namun belum saja mereka mendaftar, Didi telah merasa gentar terlebih dahulu setelah mengetahui ternyata anjing-anjing yang akan menjadi lawan mereka bukanlah sekedar anjing geladak biasa, melainkan anjing-anjing juara yang lebih memiliki banyak pengalaman, bahkan konon berita yang mereka dapatkan beberapa anjing ras collie dan rottweiller juga akan ikut ambil bagian. Tak urung nyali Didi semakin ciut, dalam pikirannya bagaimana mungkin anjing kecil seperti dirinya bisa menang melawan para raksasa-raksasa anjing tersebut, bisa-bisa nanti justru dirinya jadi bulan-bulanan anjing-anjing tersebut.

Sementara sahabatnya, Buster, yang tak pernah mengenal kata menyerah tentunya tetap mendaftarkan diri dalam perlombaan tersebut. Buster masih mencoba untuk membujuk Didi, diberitahunya pada Didi bahwa tak ada salahnya mereka mencoba, urusan menang atau kalah itu hal belakangan. Tapi Didi tetap kukuh pada pendiriannya.

Tak terasa waktu perlombaan itu pun akhirnya tiba. Rupanya banyak juga peserta yang turut berlomba.

Perlombaan dibagi dalam tiga babak. Babak ‘Uji Nyali’, babak ‘Ketangkasan’, dan babak ‘Kecepatan’.

Babak pertama pun dimulai, para peserta diharuskan untuk mengambil masing-masing 3 buah tulang emas yang dipersiapkan panitia dan ditaruh di tempat-tempat yang cukup berbahaya. Satu tulang ditaruh di bebatuan yang berada di tengah-tengah sungai di dekat air terjun, tentu hal yang sangat sulit dilakukan mengingat arus sungai yang sangat deras. Tulang yang kedua diletakkan di puncak sebuah bukit namun untuk mendapatkannya para peserta mesti melewati jalanan di lereng yang terjal, sedikit saja mereka salah melangkah maka jurang telah menanti mereka jauh di bawah. Sementara tulang yang terakhir berada di dalam sebuah gua yang katanya ada begitu banyak ular berbisa yang menempati tempat tersebut.

Beberapa anjing-anjing collie dan rottweiller dengan cukup mudah melewati rintangan-rintangan itu. Walau begitu beberapa ada yang gagal dan terhanyut di sungai atau menderita luka-luka karena terjatuh di jurang sementara ada pula yang karena tak berani menghadapi ular berbisa akhirnya menolak memasuki gua yang gelap itu.

Sementara Buster sendiri pun cukup kepayahan melewati babak pertama ini. Ia sempat terseret arus walau akhirnya berhasil menyelamatkan diri dengan buru-buru melompat ke atas sebuah batu. Namun sayangnya Buster hanya berhasil membawa dua buah tulang emas. Sementara tulang yang ketiga tak berhasil di dapatnya karena ketika hendak mengambil tulang tersebut tiba-tiba seekor ular jenis python membelit tubuhnya, dia hampir saja menjadi santapan ular tersebut kalau saja dia dengan cukup cerdik berhasil meloloskan diri.

Namun meskipun begitu, Buster tetap lolos untuk maju dalam babak selanjutnya. Pada babak kedua, babak ‘Ketangkasan’, Buster yang memang cukup cerdas berhasil memperoleh skor tertinggi dan melangkah dengan mudah menuju babak terakhir.

Sahabatnya Didi terus setia menyaksikan perlombaan dan mendukung Buster. Walau Ia merasa ngeri saat menyaksikan perlombaan pada babak pertama, namun terbersit sedikit rasa sesal di hatinya karena tak ikut mendaftarkan diri. Ditatapnya Buster yang tersenyum karena berhasil mengalahkan para anjing-anjing raksasa tersebut di babak kedua. ‘Bisa saja akulah yang berdiri disana dengan senyum menghiasi wajah’ lirihnya.

Setelah peserta yang tersisa diberi waktu 30 menit untuk istirahat, akhirnya tibalah babak terakhir, babak penentuan.

Seluruh peserta yang kini hanya tersisa lima ekor terdiri dari Buster, Sebas (seekor anjing Collie), Ruffy dan Rockie yang merupakan anjing ras Rottweiller dan satu lagi Spotty (anjing jenis Dalmatian), akan melakukan perlombaan lari melintasi lapangan rumput disisi luar kota dan kemudian mereka akan melewati sebuah bukit kecil lalu kembali melintasi sungai menuju hutan untuk kembali ke kota.

Dan siapapun yang tiba terlebih dahulu dialah yang akan keluar menjadi pemenang dan berhak untuk mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan. Peluit dibunyikan dan peserta mulai berlari sekencang yang mereka bisa. Dengan mudah Rockie, anjing yang memang sudah terkenal dengan segala kelebihannya, berhasil mengungguli peserta lainnya. Perlombaan berlangsung cukup seru, keempat anjing raksasa Sebas, Ruffy, Rockie dan Spottie saling bersaing merebut posisi pertama. Sementara Buster sendiri, cukup kesulitan mengejar empat anjing lainnya. Ia sudah mengerahkan segala tenaganya untuk mengejar, namun sepertinya mereka semua memang bukan tandingan Buster.

Dan akhirnya seperti yang telah diperkirakan para penduduk Kota Binatang, Rockie-lah yang akhirnya berhasil memenangkan pertandingan.

Buster yang finish di urutan terakhir, sesaat merasa begitu kecewa saat melihat Rockie yang naik ke atas podium.

“Aksi yang kamu tunjukkan dalam perlombaan ini sangatlah menarik anjing muda, aku sangat menikmatinya.” ujar seekor anjing tua.

Dan Buster pun tersenyum bangga melupakan rasa kecewa terhadap kekalahannya.



Pesan moral:

Terkadang karena rasa takut berlebihan yang telah meliputi pikiran kita tentang sebuah kegagalan, kita malah tak jarang justru melepas sebuah kesempatan yang ada di depan mata. Seperti halnya yang terjadi pada Didi, si anjing kecil. Pikiran negatif yang menguasai dirinya justru mengaburkan pandangannya akan semua kelebihan-kelebihan yang sebenarnya dimilikinya. Dan apa yang tersisa? Tentu hanyalah penyesalan.

Maka baiklah jika kiranya kita bisa seperti Buster muda, yang di dalam kamusnya tak ada kata menyerah sebelum mencoba. Tiada yang tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan jika kita ingin berhasil tentulah kita harus melakukan aksi. Walaupun ternyata kita akhirnya gagal, tapi itu jauh lebih baik daripada kita tidak melakukan sesuatu apapun.


Motivational Quote:
You may be disappointed if you fail, but you are doomed if you don’t try - Beverly Sills


Author: Why

Renungan Kisah Pencuri Kecil



Tak ada salahnya belajar dari orang lain. Apalagi bila ada seseorang yang belajar dari kita, awamnya manusia yah pasti akan merasa bangga. Namun perlu diketahui menjadi sosok panutan itu tidak mudah. Adalah sangat penting dalam menjaga segala tingkah laku (baik itu perbuatan yang kita lakukan maupun hal-hal yang kita percayai) dihadapan orang lain.

Dongeng:

Di sebuah hutan rimba yang lebat terdapat sebuah kota hewan yang dihuni oleh berbagai macam hewan-hewan. Kota kecil itu begitu tenteram, namun ada satu peraturan penting yang bila dilanggar maka hukumannya sangat berat. Yaitu mereka tidak boleh mencuri terhadap sesama penghuni kota.

Hingga suatu hari ada seekor kancil muda yang tertangkap oleh anjing penjaga saat dia hendak melancarkan aksi pencuriannya. Dia pun dibawa ke tengah hutan untuk menerima hukuman dari Raja Hutan, namun ketika hendak diadili, dia meminta untuk dipertemukan terlebih dahulu dengan ibunya. Permintaan ini disetujui. Ibu kancil pun segera dipanggil, dan ketika sang ibu telah datang, anaknya berkata: "Aku ingin membisikkan sesuatu padamu, Bu," ibu kancil berjalan mendekatinya. Ketika telinga ibunya telah begitu dekat dengan mulutnya, tiba-tiba kancil muda ini menggigit telinga ibunya.

Beberapa hewan lain yang ikut menyaksikan kejadian ini menjadi terkejut, dan bertanya pada si kancil muda kenapa dia bisa tega berbuat kejam itu kepada ibunya sendiri.

"Ini hukuman untuknya," jawab si kancil ringan. "Saat aku masih kecil dulu, dan mulai mencuri beberapa barang kecil, aku membawanya pulang dan menunjukkannya pada ibuku. Tetapi dia sama sekali tidak mengomeli atau menghukumku, dia hanya tertawa dan berkata bahwa takkan ada yang menyadari perbuatanku. Dan karena dialah aku berdiri disini saat ini."

***

Bisa anda bayangkan bagaimana seandainya anda yang sebagai orangtua melihat anak anda berakhir seperti itu?
Seandainya anak kita berbuat sebuah kesalahan, mungkin kira-kira kita akan berkata "Kenapa dia bisa berbuat seperti itu?", "Darimana dia belajar melakukan hal buruk seperti itu?".

Namun bagaimana bila jawaban dari pertanyaan terakhir yang saya tanyakan itu adalah anda sendiri sebagai orangtuanya. Punya bayangan apa yang akan anda katakan pada diri sendiri?

Banyak yang bilang anak itu seperti sebuah kanvas putih, yang untuk kita akan begitu mudah meninggalkan jejak lukisan apa saja. Anak itu memiliki hati pikiran yang masih bersih dan bagaikan sebuah sepon, yang untuknya akan begitu mudah menyerap apa saja hal-hal pertama yang diketahuinya.

Seorang teladan yang baik sangatlah penting. Dimana dia menunjukkan kita arah dan tujuan yang benar. Menginspirasi kita untuk mencapai impian, dan ketika situasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, dia ada untuk berbagi pikiran bagaimana cara mengatasi jalan buntu ini.
Dan selama kita berada dalam posisi sebagai seseorang yang memiliki pengaruh terhadap orang lain, entah itu kita sebagai orang tua terhadap anak, atau atasan terhadap bawahan, kita haruslah berhati-hati. Ingatlah kita akan selalu saja di awasi.

Namun betapa ironis terkadang pemimpin itu sendiri meremehkan pengaruh yang mereka miliki terhadap pengikut dan bawahan mereka. Terkadang orangtua tidak menyadari bagaimana perilaku mereka sendiri berpengaruh terhadap perkembangan anak masing-masing.

Quote:
Anak-anak itu seperti halnya semen yang basah. Apapun yang terjatuh di atasnya akan meninggalkan jejak. - Dr. Haim Ginott

Author: Why

Every Moments in Every Breath



Kisah inspiratif berikut ini sangatlah singkat, tapi mungkin kejadiannya seringkali terjadi pula di tengah-tengah masyarakat kita.

Terkisahlah tentang dua orang bersaudara.

Si sulung yang hidup dengan limpahan kekayaan mengguyuri. Setiap hari tak ada hentinya dia bersenang-senang menghamburkan uang. Berpesta bersama teman-temannya, bahkan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma.

Di sisi yang lain, sang adik yang hidupnya penuh dengan kebahagian walaupun dia tidaklah sekaya saudaranya. Hari-hari ia lewati bersama orang-orang terkasih, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dicintainya dan takkan berpikir dua kali untuk memberikan bantuan bila ada orang yang membutuhkan pertolongan.

Setiap kejadian baik itu besar hingga hal-hal terkecil dalam hidupnya akan selalu ia syukuri.

Namun akibat perbedaan mencolok dalam hidup mereka tersebut, mengakibatkan hubungan keduanya mulai renggang. Si adik yang tak pernah setuju dengan kehidupan yang dijalani oleh saudaranya, seringkali mencoba untuk mengajak sang kakak kembali ke jalan yang benar, namun sayangnya sang kakak yang tidak dapat menerima nasehat-nasehat adiknya itu akhirnya memberikan respon yang membuat adiknya bersedih. Si kakak yang marah memutuskan hubungan persaudaraan diantara mereka berdua, dia tak pernah ingin bertemu dengan adiknya lagi.

Beberapa tahun kembali berlalu. Ada sebab dan pastinya ada akibat, maka karma itupun datang. Si sulung mengalami kecelakaan dan mengakibatkan dirinya menjadi buta. Uang yang bertumpuk di rekeningnya pun tak mampu berbuat apa-apa demi mengobati kedua matanya. Kornea mata yang dibutuhkan olehnya untuk dilakukan operasi, tak semudah itu didapatkannya.

Tak bisa menerima kejadian yang menimpanya, berkali-kali ia mencoba bunuh diri. Namun sepertinya kematian tak ingin mendekati dirinya. Dan keadaan ini memperparah keadaannya yang makin putus asa.

Sang adik yang dulu ditolak olehnya, kini justru hanya dialah yang selalu menemani dan membesarkan hatinya.

Hingga suatu hari dalam keterpurukannya, dokter datang membawa berita gembira untuk si sulung. Mereka telah mendapatkan donor mata, dan operasi pun dapat segera dilakukan.

Betapa bahagianya si sulung dan ia hendak membagi kebahagiaan itu kepada adiknya yang selama ini dia tolak keberadaannya.

Namun alangkah hancur hatinya ketika mengetahui pendonor mata itu tak lain adalah adiknya sendiri yang meninggal dalam kecelakaan saat hendak menjenguk dirinya.

Inspirational Quote:
"Life is not measured by the number of breaths we take, but by the moments that take our breath away."
 
 
sumber: http: 1001motivations.blogspot.com

Dongeng Motivasi Emas dan Ular



Kisah motivasi kali ini mengisahkan dongeng tentang seorang petani miskin. Impiannya ingin menjadi orang yang kaya. Dapatkah impian itu terkabul? Dapatkah ia mengambil kesempatan yang terbentang di hadapannya?

Dongeng:

Dahulu kala ada seorang petani miskin yang mesti berjuang keras untuk memajukan kehidupannya. Namun meskipun ia terus bekerja dan berhati-hati dalam melakukan pengeluaran, ia tetap saja tak mampu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, selalu saja pas-pasan.

Suatu malam, dalam tidurnya ia bermimpi ada suara yang berkata: "Jika ada sesuatu di dunia ini yang begitu sulit untuk kamu dapatkan, maka suatu waktu hal itu akan muncul begitu saja di hadapanmu." Dan petani inipun terbangun dari tidurnya. Dia kemudian berharap bahwa ketika ia bangun di suatu pagi, ia akan menemukan harta yang berlimpah di rumahnya sendiri. Dengan begini, tidak diragukan lagi bahwa kekayaan itu memang dimaksudkan untuknya.

Beberapa hari berlalu, ketika ia sedang dalam perjalanan, bajunya tersangkut pada semak-semak berduri yang tumbuh di sekitar ladang, Tak ingin kejadian yang sama terulang, dia pun bermaksud membabat habis semak belukar itu. Namun ketika ia mencabut akar dari semak itu, di bawahnya ia menemukan sebuah kendi. Dibukanya tutup kendi itu, dan alangkah kagetnya si petani ketika mengetahui bahwa di dalam berisi begitu banyak kepingan emas. Pada mulanya hati petani miskin ini berteriak girang, namun setelah beberapa menit berpikir, ia kemudian berkata: "Oh aku memang ingin sekali menjadi kaya. Tapi aku telah meminta agar harta itu muncul di gubuk kecilku, akan tetapi aku justru menemukannya di ladang ini. Oleh karenanya aku takkan mengambil kendi ini berisi emas. Kendi ini tidak ditakdirkan untukku."

Lalu petani itu pun meninggalkan kendi di tempat ia menemukannya dan kembali berjalan pulang. Sesampainya di rumah ia pun menceritakan penemuannya kepada istrinya. Istrinya pun marah besar atas kebodohan sang suami meninggalkan harta itu di ladang. Dan ketika si petani tidur, istrinya pun pergi ke rumah tetangga dan mengatakan segalanya. "suami saya yang begitu bodohnya justru meninggalkan harta itu di ladang dan bukan membawanya pulang. Pergi dan ambillah harta itu untukmu dan bagilah denganku."

Tetangga itu pun sangat senang dengan saran ini, dan tak menunggu lama ia pun menuju ke tempat yang dimaksud oleh istri petani. Disibaknya semak-semak belukar, dan ia memang menemukan kendi itu masih berada disana. Diangkatnya dan ditengoknya ke dalam kendi itu. Namun alangkah panik dan marahnya ia ketika melihat bahwa kendi itu ternyata tidak berisikan kepingan emas seperti yang diceritakan oleh istri petani melainkan penuh dengan ular berbisa.

"Perempuan licik. Dia pasti hendak menjebakku. Dia berharap aku memasukkan tanganku ke dalam hingga aku digigit dan mati keracunan oleh bisa ular." pikirnya marah.

Jadi iapun kembali menutup kendi itu dan membawanya pulang. Dan pada saat tengah malam tiba, dengan diam-diam dia mendatangi rumah petani miskin tetangganya. Dia melihat sebuah jendela yang terbuka. Dengan sigap dipanjatinya. Dikeluarkannya ular-ular berbisa itu dari dalam kendi, dan iapun kembali pulang.

Ketika fajar tiba, petani miskin yang pertama kali menemukan kendi tersebut, bangun untuk memulai hari. Ketika ia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, dilihatnya setumpuk koin emas berhamburan di bawah jendela rumahnya. Dalam hati ia mengucap rasa syukur sembari berkata: "Akhirnya aku bisa menerima kekayaan ini, mengetahui bahwa mereka pasti ditujukan untukku, karena mereka muncul di rumahku sendiri, seperti yang aku harapkan!"

***

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita dongeng diatas?
Tentu saja bukan tentang mimpi si petani dimana harta itu tiba-tiba akan datang dengan sendirinya.
Tidak bukan itu.

Tapi pelajaran tentang bagaimana kita ini manusia haruslah pandai-pandai dalam melihat dan mencermati sebuah kesempatan yang ada. Namun telaahlah saat kita mengambil kesempatan itu sendiri, jangan sampai apa yang kita ambil itu merupakan hak milik orang lain. Seperti misalnya si petani miskin yang menolak mengambil kendi berisi emas saat ia menemukannya di ladang. Dia dapat melihat itu memang merupakan sebuah kesempatan, tapi dia merasa kesempatan itu memang belum diperuntukkan untuknya. Dia menemukan emas itu di ladangnya, bisa saja emas itu milik orang lain.

Memang ada sebuah pepatah 'siapa cepat dia yang dapat', tapi apakah anda bisa hidup bahagia dengan bersenang-senang di atas derita orang lain?

Namun pada saat kesempatan itu telah datang, dan anda yakin kesempatan itu memang diperuntukkan untuk anda, maka jangan tunggu lagi. Segera raihlah kesempatan itu.

Oleh karenanya, selalu bukalah mata anda. Tengoklah sekeliling anda, kesempatan itu mungkin kini ada di depan anda hanya saja anda kurang melihatnya. :)
 
sumber : http://1001motivations.blogspot.com

TAK CUKUP HANYA CINTA

 



“Sendirian aja dhek Lia? Masnya mana?”, sebuah pertanyaan tiba-tiba mengejutkan aku yang sedang mencari-cari sandal sepulang kajian tafsir Qur’an di Mesjid komplek perumahanku sore ini. Rupanya Mbak Artha tetangga satu blok yang tinggal tidak jauh dari rumahku. Dia rajin datang ke majelis taklim di komplek ini bahkan beliaulah orang pertama yang aku kenal disini, Mbak Artha juga yang memperkenalkanku dengan majelis taklim khusus Ibu-ibu dikomplek ini. Hanya saja kesibukan kami masing-masing membuat kami jarang bertemu, hanya seminggu sekali saat ngaji seperti ini atau saat ada acara-acara di mesjid. Mungkin karena sama-sama perantau asal Jawa, kami jadi lebih cepat akrab.
“Kebetulan Mas Adi sedang dinas keluar kota mbak, Jadi Saya pergi sendiri”, jawabku sambil memakai sandal yang baru saja kutemukan diantara tumpukan sandal-sendal yang lain. “Seneng ya dhek bisa datang ke pengajian bareng suami, kadang mbak kepingin banget ditemenin Mas Bimo menghadiri majelis-majelis taklim”, raut muka Mbak Artha tampak sedikit berubah seperti orang yang kecewa. Dia mulai bersemangat bercerita, mungkin lebih tepatnya mengeluarkan uneg-uneg. Sebenarnya aku sedikit risih juga karena semua yang Mbak Artha ceritakan menyangkut kehidupan rumahtangganya bersama Mas Bimo. Tapi ndak papa aku dengerin aja, masak orang mau curhat kok dilarang, semoga saja aku bisa memetik pelajaran dari apa yang dituturkan Mbak Artha padaku. Aku dan Mas Adi kan menikah belum genap setahun, baru 10 bulan, jadi harus banyak belajar dari pengalaman pasangan lain yang sudah mengecap asam manis pernikahan termasuk Mbak Artha yang katanya sudah menikah dengan Mas Bimo hampir 6 tahun lamanya.
“Dhek Lia, ndak buru-buru kan? Ndak keberatan kalo kita ngobrol-ngobrol dulu”, tiba-tiba mbak Artha mengagetkanku. ” Nggak papa mbak, kebetulan saya juga lagi free nih, lagian kan kita dah lama nggak ngobrol-ngobrol”, jawabku sambil menuju salah satu bangku di halaman TPA yang masih satu komplek dengan Mesjid.
Dengan suara yang pelan namun tegas mbak Artha mulai bercerita. Tentang kehidupan rumah tangganya yang dilalui hampir 6 tahun bersama Mas Bimo yang smakin lama makin hambar dan kehilangan arah.
“Aku dan mas Bimo kenal sejak kuliah bahkan menjalani proses pacaran selama hampir 3 tahun sebelum memutuskan untuk menikah. Kami sama-sama berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja dalam hal agama”, mbak Artha mulai bertutur. “Bahkan, boleh dibilang sangat longgar. Kami pun juga tidak termasuk mahasiswa yang agamis. Bahasa kerennya, kami adalah mahasiswa gaul, tapi cukup berprestasi. Walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin tidak meninggalkan sholat. Intinya ibadah-ibadah yang wajib pasti kami jalankan, ya mungkin sekedar gugur kewajiban saja. Mas Bimo orang yang sabar, pengertian, bisa ngemong dan yang penting dia begitu mencintaiku, Proses pacaran yang kami jalani mulai tidak sehat, banyak bisikan-bisikan syetan yang mengarah ke perbuatan zina. Nggak ada pilihan lain, aku dan mas Bimo harus segera menikah karena dorongan syahwat itu begitu besar. Berdasar inilah akhirnya aku menerima ajakan mas Bimo untuk menikah”.
“Mbak nggak minta petunjuk Alloh melalui shalat istikharah?”, tanyaku penasaran. “Itulah dhek, mungkin aku ini hamba yang sombong,untuk urusan besar seperti nikah ini aku sama sekali tidak melibatkan Alloh. Jadi kalo emang akhirnya menjadi seperti ini itu semua memang akibat perbuatanku sendiri”
“Pentingnya ilmu tentang pernikahan dan tujuan menikah menggapai sakinah dan mawaddah baru aku sadari setelah rajin mengikuti kajian-kajian guna meng upgrade diri. Sejujurnya aku akui, sama sekali tidak ada kreteria agama saat memilih mas Bimo dulu. Yang penting mas Bimo orang yang baik, udah mapan, sabar dan sangat mencintaiku. Soal agama, yang penting menjalankan sholat dan puasa itu sudah cukup. Toh nanti bisa dipelajari bersama-sama itu pikirku dulu. Lagian aku kan juga bukan akhwat dhek, aku Cuma wanita biasa, mana mungkin pasang target untuk mendapatkan ikhwan atau laki-laki yang pemahaman agamanya baik”, papar mbak Artha sambil tersenyum getir.